Selasa, 05 Juli 2016

Khutbah Idul Fitri oleh Ustad Nur Asyur Sata "Idul Fitri Revolusi Jiwa Persaudaraan"

Tidak ada komentar:
Allahu akbar dengan segala kemuliaanMU.
Allahu akbar dengan segala kasih dan sayangMU
Allahu akbar dengan segala nimmat pemberianMU.
Allahu akbar Dzat yang maha kuasa meninggikan langit tanpa tiang,
Allahu Akbar Dzat yang maha kuasa yang menggelar bumi sebagai hamparan
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
sejak terbenam sang mentari senja  gema takbir membahana menyentuh dan menggetarkan relung jiwa manusia, Takbir yang terucap sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan dan kebesaran  Allah bukan semata sekedar gerak bibir tanpa makna., tetapi takbir yang terucap dari buah syukur atas hidayah Allah, sebulan lamanya kita menempa diri dalam didikan Ramadhan, sehingga akhirnya kita sampai di hari ini, hari kemenangan, hari kembalinya fitrah diri sebagai hamba, .
Bulan penuh berkah yang meninggalkan kita, mendidik kita menjadi manusia tangguh, hempasan dan tempaan lapar dan dahaga menjadikan kita menjadi manusia mukmin yang ikhlas melakukan segalanya untuk meraih cinta dan ridha Allah Azza wa Jalla. Dahaga terhadap tetesan air selama puasa akan mewariskan dahaga terhadap ampunan dan maghfirah-Nya.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
Ramadhan telah menyemai cinta di lubuk hati kita. Menyemai Cinta kepada Allah, menyemai cinta pada sesama, bulan gembira para anak yatim  dengan banjirnya tali kasih untuk mereka, bulan gembira bagi kaum dhua’afa infaq sedekah para agniya merekahkan senyum membuat mereka bahagia bersama keluarga, Ramadhan yang membuat kita Mampu Bertahan dalam ketaatan, bersabar dalam ujian .
satu bulan penuh kita menunaikannya atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, menyambut kabar gembira dan bahagia sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam sebuah hadits Qudsi:
إِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا إِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ : يَا مَلاَئِكَتِى، كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ، فَيُنَادِي مُنَادٍ : يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، اِرْجِعُوْا إِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ ، فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِي صُمْتُمْ لِي وَأَفْطَرْتُمْ لِي فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ .
“Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya maka Allah pun berkata: ‘Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru: ‘Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata: ‘Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untuk-Ku dan berbuka untuk-Ku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunanKU
Idul Fitri yang penuh barakah ini, merupakan hari kemenangan melawan hawa nafsu. hari kita bergembira, Namun, segala kegembiraan ini tidak boleh membuat kita terlena, sibuk mengurusi bungkus luar alias casing dan mengabaikan isi dalamnya. Ketahuilah, baju baru dan makanan enak hanya bungkusnya; tetapi halal, bergizi dan sehat itu isinya.
Kekayaan itu hanya bungkusnya; tetapi kedermawanan dan hati ikhlas itu isinya. Istri cantik dan suami tampan hanya bungkusnya; tapi sakinah itu isinya. Jabatan itu hanya bungkusnya; tapi pengabdian dan pelayanan itu isinya. Hidup di dunia itu bungkusnya; nasib hidup sesudah mati itu isinya.
Maka beruntunglah mereka yang mengutamakan isi, dan merawat bungkusnya. Janganlah kita setengah mati mengejar apa yang tak bisa kita bawa mati, sementara melupakan apa yang pasti terjadi di akhirat nanti.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Rasulullah Saw menubuwahkan akan datangnya situasi dan kondisi yang sangat dilematis sekaligus merupakan tragedi kehidupan, dengan sabdanya:
سَيَأتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ ، وَيُؤتَمَنُ فِيهَا الخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ . قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ ؟ قَالَ : الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ.
“Akan datang kepada manusia masa-masa yang penuh dengan penipuan. Ketika itu orang yang jujur didustakan, para pendusta dipercaya, amanat diberikan kepada pengkhianat, dan orang yang amanah dikhianati; dan Ruwaibidhah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Ya Rasulallah, apakah Ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan publik.” (Hr. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Situasi dan kondisi yang digambarkan dalam hadits di atas sungguh tragis. Di zaman ini, betapa banyak para pendusta justru dipercaya menjadi pejabat. Orang yang jujur disingkirkan, dan orang yang khianat malah diberi amanat.
Mempercayai para pendusta, mengkhianati orang yang amanah, adalah karakteristik era politik akal bulus. Seorang penguasa atau pejabat, yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya, menggunakan semua tipu muslihat, mulai dengan harta, tahta dan wanita.
Tragisnya, dari kalangan pendusta dan pengkhianat ini muncul Ruwaibidhah, orang-orang bodoh yang tidak berkompeten mengurusi urusan rakyat, baik secara mental, intelektual maupun moral.
Tidak asing kita dengar ada hakim yang memutuskan perkara di pengadilan tapi justru sekaligus menjadi mafia kasus. Ada menteri membuat kebijakan yang meresahkan dan merugikan kepentingan rakyat. ada gubernur, bupati, walikota yang dipenjara karena kasus korupsi, bahkan terlibat perostitusi dan narkoba. Bagaimana mereka dapat menyelesaikan masalah bangsa, sementara mereka sendiri bermasalah? Negara menjadi kacau, hukum diperjual belikan dan nasib rakyat ditelantarkan.
Apabila kepemimpinan politik diserahkan kepada mereka maka tunggulah saat kehancuran tiba. Disebutkan di dalam Al-Qur’an, suatu negara akan binasa apabila orang-orang durhaka menjadi penguasa dan pejabat negara.
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (16)
“Jika Kami hendak menghancurkan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada para pemimpin di negeri itu supaya menaati Allah, tetapi mereka berbuat zhalim kepada rakyat di negerinya. Akibat perbuatan durhaka pemimpin mereka, maka turunlah adzab kepada mereka dan Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Qs. Al-Israa’ [17]: 16)
Ketika pemimpin eksekutif, legislatif, dan yudikatif dijabat oleh orang-orang yang tidak punya kapasitas dan tidak mengindahkan agama, maka dia sulit membedakan yang benar dan salah. Tidak akan bisa membedakan manakah petunjuk Allah dan yang mana rayuan setan, tidak akan bisa membedakan ‘yang ini’ maslahat dan ‘yang itu’ muslihat.
Akhir-akhir ini, setelah umat Islam dipojokkan dengan stigma terorisme; muncul lagi aksi teror atas nama Daulah Islamiyah alias ISIS. Dengan berlindung di balik nama Daulah Islamiyah, mereka mengafirkan bahkan membunuh siapa saja yang tidak bergabung dengan kelompoknya. Umat Islam dipermalukan di pentas internasional karena prilaku buas dan kejam, yang tidak kalah biadabnya dengan musuh-musuh Islam.
Belum usai dengan problem ISIS, umat Islam diguncang lagi dengan propaganda Syiah yang menghina istri Nabi Saw dan menista para sahabat beliau dengan dalih membela dan mencintai ahlul bait. Mereka juga menjerumuskan generasi muda ke arah pergaulan bebas dan zina dengan dalih kawin mut’ah. Siapa saja yang menentang kesesatan Syiah dituduh sebagai pengikut Wahabi. Jika tidak waspada, bukan mustahil umat Islam dapat diadu domba.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Menyaksikan kondisi Indonesia hari ini, muncul pertanyaan, jika hendak memperbaiki Indonesia darimana-kah kita harus memulainya?
Indonesia telah dipimpin  dengan berbagai tipe pemimpin. Indonesia pernah dipimpin oleh seorang politisi pejuang revolusi, Pernah juga dipimpin seorang jenderal TNI bintang lima, Pernah dipimpin seorang profesor ber-IQ tinggi, pernah dipimpin seorang kharismatik bergelar Kyai ,Pernah juga dipimpin seorang tokoh perempuan’ juga seorang purnawirawan Dan kini, Indonesia dipimpin seorang yang terkenal sangat merakyat .
Tapi mengapa Indonesia terus saja begini. Indonesia yang pulau-pulaunya dijual kepada orang asing, mata uangnya terus melemah, anak-anak negeri ini dirusak moral dan harga dirinya. Negeri dimana barang palsu jadi modal bisnis: beras palsu, daging palsu, ijazah palsu, uang palsu, jabatan palsu, janji palsu dan palsu-palsuan lainnya. Bahkan saat ini heboh dengan vaksin palsu
Menyaksikan fenomena yang serba palsu inilah, maka muncul fatwa MUI terkait pemimpin yang suka janji palsu. Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang hukum “berdosa bagi pemimpin yang tidak menepati janjinya saat kampanye.”
Terhadap pemimpin yang ingkar janji, MUI menghimbau rakyat Indonesia untuk tidak memilihnya kembali, manakala yang bersangkutan mencalonkan diri pada pemilihan umum periode selanjutnya.
Di negeri kita ini, telah terjadi kerusakan yang sangat serius: kemiskinan yang kronis, dekadensi moral, korupsi, narkoba, gratifikasi seks, prostitusi online, penipuan, juga penindasan dan kezaliman. Padahal institusi negara ada, pemerintah masih berkuasa, tapi belum mampu merubah apalagi memperbaiki nasib rakyat sesuai cita-cita kemerdekaan.
Indonesia membutuhkan pemimpin seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (73)
“Kami jadikan masing-masing mereka sebagai pemimpin yang memberikan petunjuk kepada manusia dengan izin Kami. Kami perintahkan kepada mereka untuk melakukan amal-amal shalih, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Mereka semua senantiasa taat kepada Allah.” (Qs. Al-Anbiyaa [21]: 73)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Dalam segala situasi, Islam merupakan solusi Ilahiyah, yang telah terbukti dalam sejarah, berhasil mengangkat harkat dan martabat manusia. Karena itu umat Islam hendaknya senantiasa istiqamah berpegang teguh pada keislamannya .
Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. memberi nasehat pada kaum Muslimin:
إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْياَ يَكْفِيْكَ اْلإِسْلاَمُ نِعْمَةً ، وَ إِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلاً ، وَ إِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً .
“Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu, dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu, dan dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.” (Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul Ibad).
Manakala kita meyakini Islam sebagai nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada kita, seharusnya kita antusias untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tidak mungkin kita akan merasakan indahnya Islam dan bahagianya menjadi seorang Muslim tanpa mengamalkan syariatnya
Seperti dikatakan oleh khalifah Umar bin Khatthab ra:
“Dulu kita adalah kaum yang terhina, kemudian Islam datang memuliakan kita. Jika sekarang kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kita kembali. (H.r. Al-Hakim dan Al-Mundziri dalam At-Targhib wa At-Tarhib)
Kemudian khalifah Ali bin Abi Thalib menyeru supaya kita mengambil pelajaran dari al-maut (kematian). Mati merupakan suatu yang pasti terjadi tetapi tetap misteri. Ia datang tidak diundang dan perginya pun tanpa pamitan.
Maka jangan lalai akan datangnya kematian, karena merasa jadi orang kaya. Sebab kematian tidak hanya datang pada orang miskin. Jangan lalai dengan kematian karena merasa masih muda, sebab kematian tidak hanya datang pada orang tua renta. Jangan lalai datangnya kematian karena merasa masih sehat, sebab kematian tidak hanya datang pada orang sakit. Jangan lalai dari kematian karena merasa pintar, sebab maut tidak hanya merenggut nyawa orang bodoh. Jangan lalai akan datangnya kematian karena merasa jadi pejabat negara, sebab malaikat maut tidak hanya datang mencabut nyawa rakyat jelata.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ… (78)
“Wahai manusia, di mana pun kalian berada, maut akan mengejar kalian. Sekalipun kalian berada dalam benteng-benteng yang kokoh….” (Qs. An-Nisa’ [4]: 78)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (57)
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kalian semua kelak akan dihidupkan kembali untuk berkumpul di hadapan Kami.” (Qs. Al-Ankabut [29]: 57)
Munajat
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari segala ancaman, diberi kebaikan yang paling sempurna, kehidupan yang sejahtera dan waktu yang paling bahagia. Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas, dan menerima ibadah puasa Ramadhan kita.
Ya Allah pelihara iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya iman dalam kehidupan ini .
Ya Allah bimbinglah kami untuk mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu kami. Peliharakan hati dan pendengaran kami agar kami tidak terpedaya dari tipu daya syaithan yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top