Kamis, 16 Juni 2016

Keluarga Surga Oleh Nur Khamid,S.Ag (Kultum Ramadhan1437 H)

Tidak ada komentar:
Tema: Keluarga Surga Disampaikan oleh : Nur Khamid, S.Ag
Ramadhan 1437 H, Masjid Agung Ibnu Batutah


Islam telah mengatur umatnya dalam menjalankan keluarga, berupa nilai-nilai etik (dalam bahasa Arab kerap disebut akhlak), termasuk pola hubungan yang baik dalam mengatur hubungan antara suami dan istri maupun anak kepada orang tua.

Pada kesempatan ini, saya akan kemukakan akhlak dalam keluarga, yang salah satunya adalah akhlak suami atau istri. Namun, sebelumnya kita bahas dahulu yang dimaksud akhlak, tentu saja akhlak yang ingin diulas di sini ialah akhlak dalam keluarga yang karimah (terpuji).

Secara terminologis, akhlak adalah pola tindakan, perbuatan yang termanifestasikan ke dalam nilai-nilai ajaran Islam. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang sudah tertanam dalam jiwa seseorang yang tercermin dalam pola perbuatan sehari-hari.

Selain itu, karimah bermakna baik, mulia, dan terpuji. Jadi, akhlak dalam keluarga di sini berarti perbuatan atau tindakan yang tercermin dan dilakukan di dalam keluarga yang baik dan terpuji sesuai syariat Islam. Lalu, apa saja akhlak dalam keluarga yang baik antara suami dan istri? Berikut ulasannya.

1. Tampakkan Rasa Cinta dengan Pasangan Tanpa Malu-Malu

Akhlak dalam keluarga yang pertama ialah rasa cinta terhadap pasangan. Rasa cinta (mahabah) merupakan pondasi utama dalam membina keluarga. Namun, yang perlu dicatat, yaitu jika rasa cinta itu sudah timbul, ungkaplah sebebas mungkin agar pasangan tahu dan bisa merasakannya dengan sepenuh hati. Dengan menampakkan berbagai ekspresi rasa cinta, itu akan membuat pasangan lebih merasa dihargai dan dicintai, misalnya berbicara yang baik, lemah lembut, dan merayu istri maupun memanggil dengan panggilan yang romantis.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
2. Ketahui Kepribadian Masing-Masing
Mengetahui kepribadian pasangan diperlukan untuk menjalin hubungan yang lebih mesra. Tanpa mengetahui tingkah laku dan kebiasaan pasangan, mustahil rasa cinta itu akan timbul. Ketahui kepribadian pasangan, maka dia juga akan mengerti kita. Oleh karena itu dalam berkeluarga diperlukan saling keterbukaan, saling mempercayai dan saling memahami antara suami istri agar tidak menimbulkan kecurigaan terhadap psangannya.

3. Ketahui Peran Suami Istri

Akhlak dalam keluarga antara suami dan istri selanjutnya adalah saling mengetahui peran masing-masing. Mengetahui hak dan kewajiban suami istri juga perlu agar antara suami dan istri dapat berjalan beriringan dalam menjalankan mahligai rumah tangga. Selain itu, hal itu juga agar semua pihak dapat mengetahui tanggung jawab masing-masing sehingga dapat saling menghormati.
Pola rumah tangga dengan kondisi salah satu pihak mendominasi tidak bisa dibenarkan karena dapat menggerus kemauan antara suami dan istri sehingga dapat meruntuhkan keluarga yang sudah dibangun.
Diantara kewajiban suami yang menjadi hak istri adalah member nafkah bagi keluarga istri dan anak, membina dan mendidik istri dan anak agar menjadi istri solehah dan anak yang soleh solehah, bergaul dengan istri secara baik,
Adapun kewajiban istri yang menjadi hak suami adalah mentaati perintahnya, berdiam dirumah dan tidak keluar kecuali dengan izin suami, taat pada suami ketika diajak ke ranjang, tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami, tidak berpuasa sunnah ketika suami di rumah kecuali mendapat izin suami, menjaga kehormatan, anak dan harta suami.

4. Saling Percaya

Salah satu akhlak dalam keluarga yang harus diperhatikan ialah rasa saling percaya antara suami dan istri, misalnya rasa cemburu, tidak percaya keuangan rumah tangga yang sudah dikelola, dan salah satu pihak yang pergi dari rumah tanpa izin menyebabkan rasa saling menyalahkan, kemudian rasa curiga. Akibatnya, rumah tangga menjadi tidak stabil. Jika mencintai pasangan, percayalah padanya dengan banyak berpikir positif (husnudzan).

5. Tanggung Jawab Nafkah dalam Memenuhi Kebutuhan

Adanya nafkah merupakan kewajiban suami secara tidak langsung sejak terjadinya akad. Namun, jika memungkinkan, istri boleh saja membantu suami dalam mencari nafkah suaminya. Hal ini karena kehancuran rumah tangga lebih banyak terjadi karena kendala ekonomi. Suami tidak boleh kikir dalam member nafkah kepada istri dan anak, sebagaimana Q.s attholaq 7

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."

6. Utamakan Komunikasi dalam Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga

Apalah artinya suatu institusi jika tidak ada komunikasi yang baik. Akhlak dalam keluarga selanjutnya adalah berkomunikasi dengan baik dan menyelesaikan masalah dengan baik pula. Jika terjadi perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga, sebaiknya suami maupun istri harus mendinginkan suasana dengan mementingkan dialog. Dengan dialog, semua masalah juga dapat diselesaikan.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

7. Tetap Membangun Silaturahim dengan Keluarga Besar

Akhlak dalam keluarga yang tak kalah penting ialah tidak melupakan keluarga besar pasangan sendiri. Tujuan adanya pernikahan pada prinsipnya ialah menyatukan kedua keluarga besar dari pasangan suami istri. Oleh karena itu, tidak diperkenankan melupakan keluarga besar pasangan dengan alasan apa pun, misalnya buruknya nasab pasangan. Selalu bangun komunikasi dengan silaturahim agar keluarga yang dibangun mendapat support dari orang tua masing-masing pasangan. Bahkan dalam sebuah hadits silaturrohim dikaitkan dengan iman.

Sebagaimana hadits rasul
من كان يؤمنو بالله واليوم الاخر فليصل رحمه

Artinya: barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturrohiim.
Itulah akhlak-akhlak dalam keluarga yang perlu kita perhatikan dalam menjalani rumah tangga. Semoga dengan dijalankannya akhlak-akhlak tersebut  keluarga kita mendapat ridhai oleh Allah Swt. sebagai keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Aamiin. 

Wallahualam bissawab.

نورحميد





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top