Judul : Tiga Hal yang Perlu dihindari oleh Manusia
Khatib : Ustad Mufid Ibnu Mathor
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang Maha Agung shalawat dan salam terhaturkan kepada
Rasulullah manusia paling sempurna di jagat alam. Pada han kesempatan yang
istimewa ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
swt. Karena ketaqwaanlah yang akan membawa kita pada keselamatan.
Khutbah kali ini ingin menyampaikan satu hadits Rasulullah saw yang jika diperhatikan secara seksama memberikan ajaran kepada seorang muslim agar tidak terjerumus dalam kerugian. Hadits itu berbunyi:
Diriwayatkan dan Nabi saw sesungguhnya beliau pernah bersabda: barang siapa bangun di pagi hari kemudian mengadukan kesulitannya kepada sesama .(mahkluk”manusia), maka seolah olah Ia mengadukan tuhannya (karena tidak rela dengan apa yang direrimanya). Dan barang siapa merasa sedih dengan kondisi duniawinya di waktu pagi, maka dia pagi-pagi telah membenci Allah. Dan barang siapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Itulah tiga hal yang seharusnya dihindarkan oleh setiap muslim. Mengingat ketiga hal tersebut memiliki dampak buruk kepada hubungan manusia dengan Allah swt.
Pertama, hindarkanlah kebiasaan mengeluh kepada sesama akan kondisi yang ada. Karena hal itu sama artinya dengan menggugat taqdir Allah swt yang ditetapkan bagi seorang hamba. Mengeluh dan meratapi nasib yang diderita sama artinya dengan merasa tidak puas akan pemberian Allah swt. Ketidak puasan itu adalah manusiawi, tetapi hendaknya langsung saja diratapkan dalam doa kepada-Nya , janganlah diadukan kepada sesama. Sebagaimana do’a Nabi Musa yang dipanjatkan kepada Allah swt tatkala beliau melewati lautan berama kaumnya:
Ya Allah segala puji bagi-Mu. Kepada Engkaulah aku mengadu dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan. Tiada daya dan upaya, serla tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung
Kedua, hindarkanlah perasaan sedih dengan kondisi yang ada dipagi hari. Karena hal itu akan menimbulkan rasa tidak ridha dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Kedua larangan ini • .,
adalah bukti ketidak sabaran seorang hamba akan nasibnya. Sesungguhnya orang yang sabar tidak akan menggerutu apalagi mengadukan nasibnya kepada sesama.
Kedua hal di atas pada hakikatnya menunjukkan betapa seeorang hamba tidak lagi bersabar. Karena sejatinya sabar adalah Tajarru ‘ul murarati bighairi ta ‘bitsin (tahan menelan barang pahit tanpa cemberut). Oleh karena itu, ketika di pagi hari kita telah menggerutu akan keadaan nasib kita, berarti kita bukan lagi orang yang sabar. Apalagi hingga mengadukan nasib kita kepada sesama manusia dengan mengeluhkan keberadaan dan keadaan yang kita alami.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, barang siapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya. Poin ketiga dan terkahir ini dapat dimaknai sebagai larangan Rasulullah saw akan adanya persaan thama’ dan pengharapan yang tinggi kepada sesama, Karena pengharapan itu hanya boleh disandarkan kepada Allah swt saja.
Sedangan pada sisi lain juga menunjukkan larangan pengägungan sesama manusia, apalagi pengagungan itu dilatar belakangi kepimilikan harta, sungguh hal itu pasti akan berimbas pada penghinaan ilmu dan kemaslahatan. Bukankah ini telah menjadi fenomena di sekitar kita saat ini? Di mana orang-orang yang memiliki harta dapat menguasai berbagai jejaring bahkan dapat menentukan arah ilmu pengetahuan. Bukankah beberapa wacana yang ada di negeri ini merupakan hasil kerja para penyandang dana? Na’udzubillahi miii dzalik.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Jika demikian adanya berbagai larangan, lantas apakah hal yang diperbolehkan untuk kita dalam menilai leblh sesama manusia? Islam hanya memberikan kepada umatnya agar saling menghargai dan memuliakan, pertama karena ilmunya, karena kebaikannya. Selebihnya tidak ada. Jadi siapapun yang memuliakan manusia dengan berbagai alasan sesungguhnya orang itu telah terjerembab kepada lubang kecil yang jika dibiarkan akan menenggelamkan diri pada lumpur kethamakan.
Akhirul kalam, pada khutbah ini khatib hanya ingin menyampaikan pesan Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa:
Setiap muslim harus berada dalam tiga keadaan yaitu, melaksanakan perintab Allah, menjauhi larangan Allah dan rela akan qadha dan qadar (ketetapan) Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar