Rabu, 02 September 2015

MENEBAR SALAM

Tidak ada komentar:
Oleh Ustad Faisol Tantowi

“Hai manusia, tebarkan salam, dan berikanlah makanan, dan sambunglah tali silaturrahim, dan sholatlah ditengah malam sedangkan manusia masih dalam keadaan tidur, jika sudah demikian maka engkau akan masuk surga dengan selamat.”
(Al Hadits)


Bagi sebagian umat islam, mengucapkan salam itu masih dianggap asing, dalam arti masih enggan untuk menerapkannya diberbagai keadaan,
Rasulullah berpesan kepada para sahabat muhajirin ketika mereka sedang hijrah ke madinah,

“Hai manusia, tebarkan salam, dan berikanlah makanan, dan sambunglah tali silaturrahim, dan sholatlah ditengah malam sedangkan manusia masih dalam keadaan tidur, jika sudah demikian maka engkau akan masuk surga dengan selamat.”


Pesan Nabi itu ditujukan kepada sahabat muhajirin yang sedang berhijrah ke madinah, artinya sebagai pendatang itu, sikap yang harus ditampilkan yang pertama kali itu adalah menabar salam, menebar kedamaian, menebar keselamatan.
Kita sebagai pendatang, sudah seharusnya mengikuti pesan Rasulullah ini, kita harus menebar kedamaian, dan disambung dengan tali silaturrahim.

Itu semua juga telah dicontohkan oleh para wali songo, dengan taktik yang paling manjurnya dalam menebarkan islam adalah dengan tali silaturrahim, baik Silaturrahim dalam arti menghargai budaya, menyikapi penduduk pribumi yang diajak masuk islam, akhirnya islam bisa disebar,

Pendatang itu harus memperhatikan kepentingan sosial, biar tidak terjadi kecemburuan,  kita yang sukses sebagai pendatang harus memperhatikan tentang keadaan kehidupan sosial disekitarnya,
Selain kita menjaga hubungan dengan sesama manusia, dengan memberi makanan, dengan silaturrahim, kita juga harus menjaga hubungan dengan Allah, Maka dengan begitu kita akan sukses didunia dan sukses diakhirat.

Salam dalam islam  itu salam yang luar biasa, Do’a yang singkat namun tinggi nilainya, Salam yang lengkap adalah Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh, yang artinya Assalamu, Allah Maha menyelamatkan, Allah Maha melindungi, berarti kalau kita mengucapkan Assalamu kepada orang yang kita jumpai, maka kita mendo’akan orang itu agar diselamatkan dan dilindungi oleh Allah, ‘alaikum, yang seharusnya dalam Bahasa arab jika di ucapkan untuk satu orang maka harus pakai kata ganti “Ka” atau “Ki”, tapi mengapa tetap memakai “Kum” yang artinya kamu laki laki banyak, itu berarti ucapan salam itu berlaku universal, untuk semua manusia, jadi kalau kita mau menolong orang,menyelamatkan orang, melindungi orang, jangan pilih-pilih. “Warahmatullah” Yang artinya mendapat Rahmat Allah, “Wabarakatuh” artinya mendapat berkah, Sangat lengkap do’a yang terdapat salam tersebut, sehingga tidaklah tepat jika kita menyingkat kata salam tersebut dalam tulisan, seperti dalam sms, undangan atau yang lain. Seperti contoh:
As, Ass, Akum, Askum, Mikum, Ass. Wr. Wb, Assalamu'alaikum Wr. Wb. dan masih banyak lagi penyingkatan salam dengan gaya dan bahasa gaul lainnya yang kesemuanya itu malah menjadikan Assalamu'alaikum menjadi berubah arti dan maknanya seperti :
- As
dalam bahasa inggris memiliki arti sebagai.
- Ass
dalam bahasa inggris memiliki arti yang sangat parah yaitu keledai, orang bodoh dan (maaf) pantat.
- Akum
gelar untuk orang-orang yahudi adalah singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot” yang artinya Hamba-hamba binatang dan orang-orang sesat
jelas sekali penyingkatan yang tertera diatas sangat jauh dari makna do'a keselamatan yang tadinya dimaksudkan untuk mendo'akan hal yang baik tapi malah sebaliknya.
Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menjelaskan bahwa Nabi besar kita Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam telah mengajarkan kepada kita cara menyampaikan salam antara sesama umat islam dengan 3 ucapan salam yaitu :
1. Assalamu'alaikum (10 pahala)

2. Assalamu'alaikum Warahmatullah (20 pahala)

3. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh (30 pahala)

Hasan Al-Basri mengatakan : Mengawali ucapan salam sifatnya sunah (sukarela) sedangkan menjawab salam sifatnya wajib (harus)

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.”

Demikianlah Allah memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalalahu 'Alaihi Wassalam sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim.
Suatu hari ketika Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan “Assalaamu'alaikum” Maka Beliau pun membalas dengan ucapan “Wa'alaikumsalam warahmatullah”.
Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah” Maka Beliau membalas dengan “Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh”.
Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh” Beliau menjawab: ”Wa'alaika”
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendahan hati.
”Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan salam yang ringkas kepadamu, engkau membalas dengan salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi salam yang lengkap kepadamu, Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika”.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam menjawab.
”Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik, Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an”.

Kesimpulannya tulis dan ucapkanlah kalimat Assalamau'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dengan baik dan benar menurut ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam (tanpa di singkat-singkat).


Waktu mengucapakan salam

Kapan kita disunahkan untuk mengucapkan salam?

1.      Apabila kita bertemu dengan sesama muslim
Ketika seorang muslim bertemu saudaranya di jalan atau di tempat mana pun, ia disyariatkan untuk mengucapkan salam. Bahkan ia merupakan salah satu hak sesama muslim yang selayaknya ditunaikan. Dalam sebuah hadis dinyatakan: 
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah enam.” Dikatakan, “Apa saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jika kamu bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam. Jika ia mengundangmu, maka datanglah. Jika ia meminta nasehatmu, maka nasehatilah. Jika ia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka balaslah ia (dengan mengucapkan “yarhamukallah”). Jika ia sakit, maka jenguklah. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya.”
Mengucapkan salam saat bertemu sesama muslim dianjurkan untuk dilakukan kepada orang yang kita kenal atau tidak. Hal ini sebagaimana hadis Nabi:
Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, “Seorang laki-laki bertanya kepada NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam apakah yang paling baik?” beliau bersabda, “Engkau memberi makan (orang lain), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun tidak.”
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Shohih. Riwayat Ahmad dan Thobroni)
Rasulullah saw menjelaskan bahwa sebakhil-bakhil manusia adalah mereka yang bakhil dalam urusan salam. Rasulullah saw sabda : Dan sebakhil-bakhil manusia adalah yang bakhil dalam urusan salam (H.R Thabrani)
Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang utama di sisi Allah adalah yang memulai dengan salam.”
Nabi Shallallahu ‘alai wa sallam bahkan karena ketawadhuan dan sifat penyayangnya mengucapkan salam kepada anak-anak:
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sekumpulan anak-anak lalu mengucapkan salam kepada mereka.”
Siapa yang harus memberi dulu salam ?
Mengenai hal ini Rasulullah saw bersabda :
 “Hendaklah yang muda memberi  salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” (H.R Muslim) dalam hadits lain dikatakan :
Dan yang berkendaraan kepada yang jalan kaki.
Mengenai cara memberi dan menjawab salam dari yang sedikit kepada yang banyak cukup seorang saja dari mereka yang mengucapkan atau menjawab salam. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah saw.Rasulullah saw bersabda :
Apabila sekelompok orang berjalan, cukup seorang saja dari mereka yang mengucapkan salam dan cukup seorang dari satu kelompok yang menjawab salam” (H.R Ahmad)
Dianjurkan mengucapkan salam kepada anak-anak kecil.
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sekumpulan anak-anak lalu mengucapkan salam kepada mereka.
Dari Anas r.a sesungguhnya ia lewat kehadapan anak-anak, maka ia mengucapkan salam kepada mereka. Dan Anas berkata : Rasulullah saw mengerjakanya. (H.R Bukhari Muslim)
Boleh bapak-bapak memberi salam kepada ibu-ibu, demikian juga sebaliknya;
Dari asma binti Yazid r.a berkata: Nabi saw lewat kehadapan kami dalam kumpulan wanita, maka beliau mengucapkan salam kepada kami.(H.R Abu Dawud)
Salam ini oleh para ulama disebut salam Li at-tahiyyat ialah ucapan salam sebagai bentuk penghoramtan penghoramtan terhadap sesama muslim ketika bertemu satu sama lainnya.

2.      Apabila kita masuk ke rumah orang lain
Seorang muslim juga disyariatkan untuk mengucapkan salam ketika ia masuk ke rumahnya sendiri atau rumah orang tua dan kerabatnya. Allah berfirman,
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S an-Nur : 27)
Dalam ayat ini Allah swt memberi pesan kepada kita bahwa :
a.       Tidak boleh masuk rumah orang lain kecuali harus terlebih dahulu meminta izin dan memberi salam.
Khilad bin Hanbal r.a berkata: “saya datang kepada nabi saw, maka saya masuk tanpa mengucapkan salam. Maka nabi saw bersabda :
 “kembalilah engkau dan ucapkanlah ; “Asalamu’alaikum” bolehkah saya masuk?” (H.R abu DAwud)
b.    Jika tidak ada seseorang di dalamnya, maka tidak boleh langsung masuk kecuali sudah diberi izin oleh orang yang punya rumah.
c.    Jika tidak diterima untuk bertamu, maka lebih baik pulang jangan memaksakan diri.
Rasulullah saw bersabda : “minta Izin itu tiga kali, maka kalau diizinkan masuklah, dan jika tidak diizinkan kembalilah.” (H.R Bukhari Muslim dari abi Musa al-‘Asyari)
Hadits diatas menerangkan meminta izin atau memberi salam untuk masuk rumah orang lain batas maksimalnya sampai tiga kali.
Salam tersebut disebut salam al-Istidzan : istidzan artinya meminta izin. Maksudnya ialah meminta izin untuk masuk, berkunjung atau bertamu ke rumah orang lain. Salam al-istidzan : ialah salam yang diucapkan ketika hendak masuk rumah orang lain sekalipun belum tentu bertemu dengan penghuni rumahnya atau kemungkinan sedang tidak ada orang di dalam rumah. Kita tetap mengucapkan salam, dengan batasan minimal tiga kali.
Setan senang dengan orang yang masuk rumah tanpa salam, makan tanpa membaca bismillah.
Dari Jabir bin Abdillah r.a sesungguhnya ia telah mendengar Nabi saw bersabda : “ Apabila seseorang masuk ke rumahnya dengan menyebut nama Allah ketika masuk dan makan, maka setan berkata (kepada temanya): “tiada tempat bermalam dan tiada makan malam.” Dan apabila masuk (rumah) tanpa mengingat Allah (bersalam), setan berkata: “kamu dapat tempat bermalam, kemudian jika waktu makan tidak membaca basamalah setan berkata lagi: “kamu dapat tempat bermalam dan makan malam.” (H.R Muslim)

3.Jika mau berpisah
Jika kita mau berpisah dianjurkan untuk memberi salam hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu dawud dari Shahabat Abi Hurairah Rasulullahri  saw bersabda :
“Apabila salah seorang dari kamu sampai ke satu majlis, maka ucapkanlah salam. dan apabila hendakberdiri (darimajelis itu) maka ucapkanlah salam. Maka tidaklah yang utama itu lebih baik dari pada yang terkahir. “(H.R Abu Dawud)
Salam tersebut disebut salam li-firaq: ialah salam yang diucapkan ketika hendak berpisah. Salam ini juga diperintahkan oleh agama.
4.Apabila lewat ke kuburan
Rasulullah s.a.w. mengajarkan bila masuk makam Islam agar mengucapakan salam dengan tujuan untuk mendu’akan keselamatan kepada ahli kubur,  dengan lafadz sebagi berikut :
 Artinya : “Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan menyusul kalian kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian”. Diriwayatkan oleh Imam Muslim 975, An-Nasa`i 4/94, Ahmad 5/353, 359, 360.
Salam ketika lewat makan orang mu’min namanya salam Li du’a.

5. Mengucapkan salam di akhir shalat
Mengapa ketika kita mengakhiri shalat baik sendirina maupun berjama’ah mesti diakhiri dengan salam tanpa harus dijawab. Karena demikianlah Rasulullah saw mencontohkan dalam mengakhiri shalatnanya.
Dari ‘Aisyah, ia berkata: ‘Rasulullah saw memulai sahalat dengan takbir …. dan menutupnya dengan salam. (H.R Muslim)
Salam diakhir shalat namanya salam Li Ta’abud.

D.   Jangan memberi salam kepada orang kafir
Salam hanya kita ucapkan kepada saudara kita yang beragama Islam, tidak dibenarkan kita mengucapkan salam kepada mereka yang bukan muslim baik Yahudi, Nashrani, Majusi, Hindu, Budha dan lainnya.. Perhatikan riwayat berikut :
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Janganlah kamu memulai (memberi) salam kepada orang Yahudi dan Nashrani”. (HR. Muslim juz 4, hal. 1707)
Larangan Nabi SAW tersebut dapat dimengerti, karena hakikat salam itu adalah doa keselamatan yang kita berikan kepada saudara kita. Sedang doa keselamatan itu hanya dibenarkan untuk sesama muslim saja, sebagaimana firman Allah :
“Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun untuk orang-orang musyrikin, sekalipun mereka itu adalah sanak kerabatnya setelah nyata bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam” (QS. At-Taubah : 113)
 “Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.” (HR. Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 2163)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Anas bin Malik berkata,
 “Ada seorang Yahudi melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengucapkan ‘as saamu ‘alaik’ (celaka engkau).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas membalas ‘wa ‘alaik’ (engkau yang celaka). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Apakah kalian mengetahui bahwa Yahudi tadi mengucapkan ‘assaamu ‘alaik’ (celaka engkau)?” Para sahabat lantas berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kami membunuhnya saja?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan. Jika mereka mengucapkan salam pada kalian, maka ucapkanlah ‘wa ‘alaikum’.” (HR. Bukhari no. 6926)

E.    Nitip Salam
Boleh menitipkan salam kepada seseorang untuk saudara kita. “Sebagaimana Nabi mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya, beliau pun terkadang menitipkan salam kepada orang yang ingin disalaminya melalui seseorang yang menyampaikannya. Sebagaimana beliau menerima titipan salam dari Allah untuk As-Shiddiqah Khadijah binti Khuwailid -radhiyallahu ‘anha- ketika Jibril berkata kepadanya, “Ini Khadijah yang telah menyediakanmu makanan, sampaikanlah baginya salam dari Rabbnya dan dariku, serta berilah kabar gembira baginya dengan rumah di surga.
Dari Aisyah r.a berakata ; Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Ini Jibril menyampaikan kepadamu salam” kemudian Aisyah berkata, “Wa ‘alaihis salam warahmatullah wabarakatuh”(H.R Bukhari Muslim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top