Oleh Ustad Faisol Tantowi
“Hai manusia, tebarkan
salam, dan berikanlah makanan, dan sambunglah tali silaturrahim, dan sholatlah
ditengah malam sedangkan manusia masih dalam keadaan tidur, jika sudah demikian
maka engkau akan masuk surga dengan selamat.”
(Al Hadits)

Rasulullah berpesan kepada para sahabat muhajirin
ketika mereka sedang hijrah ke madinah,
“Hai
manusia, tebarkan salam, dan berikanlah makanan, dan sambunglah tali
silaturrahim, dan sholatlah ditengah malam sedangkan manusia masih dalam
keadaan tidur, jika sudah demikian maka engkau akan masuk surga dengan selamat.”
Pesan Nabi itu ditujukan kepada sahabat muhajirin
yang sedang berhijrah ke madinah, artinya sebagai pendatang itu, sikap yang
harus ditampilkan yang pertama kali itu adalah menabar salam, menebar
kedamaian, menebar keselamatan.
Kita sebagai pendatang, sudah seharusnya mengikuti
pesan Rasulullah ini, kita harus menebar kedamaian, dan disambung dengan tali
silaturrahim.
Itu semua juga telah dicontohkan oleh para wali
songo, dengan taktik yang paling manjurnya dalam menebarkan islam adalah dengan
tali silaturrahim, baik Silaturrahim dalam arti menghargai budaya, menyikapi
penduduk pribumi yang diajak masuk islam, akhirnya islam bisa disebar,
Pendatang itu harus
memperhatikan kepentingan sosial, biar tidak terjadi kecemburuan, kita yang sukses sebagai pendatang harus
memperhatikan tentang keadaan kehidupan sosial disekitarnya,
Selain kita menjaga hubungan dengan sesama manusia,
dengan memberi makanan, dengan silaturrahim, kita juga harus menjaga hubungan
dengan Allah, Maka dengan begitu kita akan sukses didunia dan sukses diakhirat.
Salam dalam islam
itu salam yang luar biasa, Do’a yang singkat namun tinggi nilainya,
Salam yang lengkap adalah Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh, yang
artinya Assalamu, Allah Maha menyelamatkan, Allah Maha melindungi, berarti
kalau kita mengucapkan Assalamu kepada orang yang kita jumpai, maka kita
mendo’akan orang itu agar diselamatkan dan dilindungi oleh Allah, ‘alaikum,
yang seharusnya dalam Bahasa arab jika di ucapkan untuk satu orang maka harus
pakai kata ganti “Ka” atau “Ki”, tapi mengapa tetap memakai “Kum” yang artinya
kamu laki laki banyak, itu berarti ucapan salam itu berlaku universal, untuk
semua manusia, jadi kalau kita mau menolong orang,menyelamatkan orang,
melindungi orang, jangan pilih-pilih. “Warahmatullah” Yang artinya mendapat
Rahmat Allah, “Wabarakatuh” artinya mendapat berkah, Sangat lengkap do’a yang
terdapat salam tersebut, sehingga tidaklah tepat jika kita menyingkat kata
salam tersebut dalam tulisan, seperti dalam sms, undangan atau yang lain.
Seperti contoh:
As, Ass, Akum, Askum,
Mikum, Ass. Wr. Wb, Assalamu'alaikum Wr. Wb. dan masih banyak lagi penyingkatan salam dengan gaya dan
bahasa gaul lainnya yang kesemuanya itu malah menjadikan Assalamu'alaikum
menjadi berubah arti dan maknanya seperti :
- As
dalam bahasa inggris memiliki arti sebagai.
- Ass
dalam bahasa inggris memiliki arti yang sangat parah yaitu keledai, orang bodoh dan (maaf) pantat.
- Akum
gelar untuk orang-orang yahudi adalah singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot” yang artinya Hamba-hamba binatang dan orang-orang sesat
jelas sekali penyingkatan yang tertera diatas sangat jauh dari makna do'a keselamatan yang tadinya dimaksudkan untuk mendo'akan hal yang baik tapi malah sebaliknya.
- As
dalam bahasa inggris memiliki arti sebagai.
- Ass
dalam bahasa inggris memiliki arti yang sangat parah yaitu keledai, orang bodoh dan (maaf) pantat.
- Akum
gelar untuk orang-orang yahudi adalah singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot” yang artinya Hamba-hamba binatang dan orang-orang sesat
jelas sekali penyingkatan yang tertera diatas sangat jauh dari makna do'a keselamatan yang tadinya dimaksudkan untuk mendo'akan hal yang baik tapi malah sebaliknya.
Menurut Imam Nawawi dalam kitab
Al-Adzkar menjelaskan bahwa Nabi besar kita Muhammad Shalallahu 'Alaihi
Wassalam telah mengajarkan kepada kita cara menyampaikan salam antara sesama
umat islam dengan 3 ucapan salam yaitu :
1. Assalamu'alaikum (10 pahala)
2. Assalamu'alaikum Warahmatullah (20 pahala)
3. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh (30 pahala)
Hasan Al-Basri mengatakan : Mengawali ucapan salam sifatnya sunah (sukarela) sedangkan menjawab salam sifatnya wajib (harus)
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:
1. Assalamu'alaikum (10 pahala)
2. Assalamu'alaikum Warahmatullah (20 pahala)
3. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh (30 pahala)
Hasan Al-Basri mengatakan : Mengawali ucapan salam sifatnya sunah (sukarela) sedangkan menjawab salam sifatnya wajib (harus)
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan
penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya
Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.”
Demikianlah Allah memerintahkan
agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini
telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalalahu 'Alaihi Wassalam sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim.
Suatu hari ketika Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam
sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan “Assalaamu'alaikum”
Maka Beliau pun membalas dengan ucapan “Wa'alaikumsalam warahmatullah”.
Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah” Maka Beliau membalas dengan “Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh”.
Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh” Beliau menjawab: ”Wa'alaika”
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendahan hati.
”Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan salam yang ringkas kepadamu, engkau membalas dengan salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi salam yang lengkap kepadamu, Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika”.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam menjawab.
”Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik, Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an”.
Kesimpulannya tulis dan ucapkanlah kalimat Assalamau'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dengan baik dan benar menurut ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam (tanpa di singkat-singkat).
Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah” Maka Beliau membalas dengan “Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh”.
Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh” Beliau menjawab: ”Wa'alaika”
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendahan hati.
”Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan salam yang ringkas kepadamu, engkau membalas dengan salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi salam yang lengkap kepadamu, Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika”.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam menjawab.
”Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik, Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an”.
Kesimpulannya tulis dan ucapkanlah kalimat Assalamau'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dengan baik dan benar menurut ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam (tanpa di singkat-singkat).
Waktu
mengucapakan salam
Kapan kita
disunahkan untuk mengucapkan salam?
1.
Apabila kita bertemu dengan sesama muslim
Ketika seorang
muslim bertemu saudaranya di jalan atau di tempat mana pun, ia disyariatkan
untuk mengucapkan salam. Bahkan ia merupakan salah satu hak sesama muslim yang
selayaknya ditunaikan. Dalam sebuah hadis dinyatakan:
Dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
”Hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah enam.”
Dikatakan, “Apa saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jika kamu bertemu
dengannya, maka ucapkanlah salam. Jika ia mengundangmu, maka datanglah. Jika ia
meminta nasehatmu, maka nasehatilah. Jika ia bersin dan mengucapkan
Alhamdulillah, maka balaslah ia (dengan mengucapkan “yarhamukallah”). Jika ia
sakit, maka jenguklah. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya.”
Mengucapkan salam
saat bertemu sesama muslim dianjurkan untuk dilakukan kepada orang yang kita
kenal atau tidak. Hal ini sebagaimana hadis Nabi:
Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, “Seorang
laki-laki bertanya kepada NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam
apakah yang paling baik?” beliau bersabda, “Engkau memberi makan (orang lain),
mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal maupun tidak.”
Dalam hadits lain
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang
yang telah dikenal.” (Shohih.
Riwayat Ahmad dan Thobroni)
Rasulullah saw menjelaskan bahwa sebakhil-bakhil
manusia adalah mereka yang bakhil dalam urusan salam. Rasulullah saw sabda :
Dan sebakhil-bakhil manusia adalah yang bakhil dalam urusan salam (H.R
Thabrani)
Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang yang utama di sisi Allah adalah yang memulai dengan salam.”
Nabi Shallallahu
‘alai wa sallam bahkan karena ketawadhuan dan sifat penyayangnya mengucapkan
salam kepada anak-anak:
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melewati
sekumpulan anak-anak lalu mengucapkan salam kepada mereka.”
Siapa yang harus
memberi dulu salam ?
Mengenai hal ini
Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah yang
muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan
yang sedikit kepada yang banyak.” (H.R Muslim) dalam hadits lain dikatakan :
Dan yang
berkendaraan kepada yang jalan kaki.
Mengenai cara
memberi dan menjawab salam dari yang sedikit kepada yang banyak cukup seorang
saja dari mereka yang mengucapkan atau menjawab salam. Hal ini diterangkan oleh
Rasulullah saw.Rasulullah saw bersabda :
Apabila sekelompok orang berjalan, cukup seorang saja
dari mereka yang mengucapkan salam dan cukup seorang dari satu kelompok yang
menjawab salam” (H.R Ahmad)
Dianjurkan
mengucapkan salam kepada anak-anak kecil.
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melewati
sekumpulan anak-anak lalu mengucapkan salam kepada mereka.
Dari Anas r.a sesungguhnya ia lewat kehadapan
anak-anak, maka ia mengucapkan salam kepada mereka. Dan Anas berkata :
Rasulullah saw mengerjakanya. (H.R Bukhari Muslim)
Boleh bapak-bapak
memberi salam kepada ibu-ibu, demikian juga sebaliknya;
Dari asma binti Yazid r.a berkata: Nabi saw lewat
kehadapan kami dalam kumpulan wanita, maka beliau mengucapkan salam kepada
kami.(H.R Abu Dawud)
Salam ini oleh
para ulama disebut salam Li at-tahiyyat ialah ucapan salam sebagai bentuk
penghoramtan penghoramtan terhadap sesama muslim ketika bertemu satu sama
lainnya.
2.
Apabila kita masuk ke rumah orang lain
Seorang
muslim juga disyariatkan untuk mengucapkan salam ketika ia masuk ke rumahnya
sendiri atau rumah orang tua dan kerabatnya. Allah berfirman,
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S an-Nur : 27)
Dalam ayat ini
Allah swt memberi pesan kepada kita bahwa :
a. Tidak boleh masuk rumah orang lain
kecuali harus terlebih dahulu meminta izin dan memberi salam.
Khilad bin Hanbal r.a berkata: “saya datang kepada
nabi saw, maka saya masuk tanpa mengucapkan salam. Maka nabi saw bersabda :
“kembalilah engkau dan ucapkanlah ;
“Asalamu’alaikum” bolehkah saya masuk?” (H.R abu DAwud)
b. Jika tidak ada seseorang di
dalamnya, maka tidak boleh langsung masuk kecuali sudah diberi izin oleh orang
yang punya rumah.
c.
Jika tidak diterima untuk bertamu, maka lebih baik pulang jangan memaksakan
diri.
Rasulullah saw bersabda : “minta Izin itu tiga kali,
maka kalau diizinkan masuklah, dan jika tidak diizinkan kembalilah.” (H.R
Bukhari Muslim dari abi Musa al-‘Asyari)
Hadits diatas
menerangkan meminta izin atau memberi salam untuk masuk rumah orang lain batas
maksimalnya sampai tiga kali.
Salam tersebut
disebut salam al-Istidzan : istidzan artinya meminta izin. Maksudnya ialah
meminta izin untuk masuk, berkunjung atau bertamu ke rumah orang lain. Salam
al-istidzan : ialah salam yang diucapkan ketika hendak masuk rumah orang lain
sekalipun belum tentu bertemu dengan penghuni rumahnya atau kemungkinan sedang
tidak ada orang di dalam rumah. Kita tetap mengucapkan salam, dengan batasan
minimal tiga kali.
Setan senang
dengan orang yang masuk rumah tanpa salam, makan tanpa membaca bismillah.
Dari Jabir bin Abdillah r.a sesungguhnya ia telah
mendengar Nabi saw bersabda : “ Apabila seseorang masuk ke rumahnya dengan
menyebut nama Allah ketika masuk dan makan, maka setan berkata (kepada
temanya): “tiada tempat bermalam dan tiada makan malam.” Dan apabila masuk
(rumah) tanpa mengingat Allah (bersalam), setan berkata: “kamu dapat tempat
bermalam, kemudian jika waktu makan tidak membaca basamalah setan berkata lagi:
“kamu dapat tempat bermalam dan makan malam.” (H.R Muslim)
3.Jika mau
berpisah
Jika kita mau
berpisah dianjurkan untuk memberi salam hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu
dawud dari Shahabat Abi Hurairah Rasulullahri saw bersabda :
“Apabila
salah seorang dari kamu sampai ke satu majlis, maka ucapkanlah salam. dan
apabila hendakberdiri (darimajelis itu) maka ucapkanlah salam. Maka tidaklah
yang utama itu lebih baik dari pada yang terkahir. “(H.R Abu Dawud)
Salam tersebut
disebut salam li-firaq: ialah salam yang diucapkan ketika hendak berpisah.
Salam ini juga diperintahkan oleh agama.
4.Apabila
lewat ke kuburan
Rasulullah s.a.w.
mengajarkan bila masuk makam Islam agar mengucapakan salam dengan tujuan untuk
mendu’akan keselamatan kepada ahli kubur, dengan lafadz sebagi berikut :
Artinya : “Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah
(kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati
orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami
Insya Allah akan menyusul kalian kami memohon kepada Allah keselamatan bagi
kami dan bagi kalian”. Diriwayatkan oleh Imam Muslim 975, An-Nasa`i 4/94, Ahmad
5/353, 359, 360.
Salam ketika lewat
makan orang mu’min namanya salam Li du’a.
5. Mengucapkan
salam di akhir shalat
Mengapa ketika
kita mengakhiri shalat baik sendirina maupun berjama’ah mesti diakhiri dengan
salam tanpa harus dijawab. Karena demikianlah Rasulullah saw mencontohkan dalam
mengakhiri shalatnanya.
Dari ‘Aisyah, ia berkata: ‘Rasulullah saw memulai
sahalat dengan takbir …. dan menutupnya dengan salam. (H.R Muslim)
Salam diakhir
shalat namanya salam Li Ta’abud.
D.
Jangan memberi salam kepada orang kafir
Salam hanya kita
ucapkan kepada saudara kita yang beragama Islam, tidak dibenarkan kita
mengucapkan salam kepada mereka yang bukan muslim baik Yahudi, Nashrani,
Majusi, Hindu, Budha dan lainnya.. Perhatikan riwayat berikut :
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda,
“Janganlah kamu memulai (memberi) salam kepada orang Yahudi dan Nashrani”. (HR.
Muslim juz 4, hal. 1707)
Larangan Nabi SAW
tersebut dapat dimengerti, karena hakikat salam itu adalah doa keselamatan yang
kita berikan kepada saudara kita. Sedang doa keselamatan itu hanya dibenarkan
untuk sesama muslim saja, sebagaimana firman Allah :
“Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun untuk orang-orang musyrikin, sekalipun mereka itu adalah sanak
kerabatnya setelah nyata bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah
penghuni neraka jahannam” (QS. At-Taubah : 113)
“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan
Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.”
(HR. Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 2163)
Dalam riwayat lain
disebutkan bahwa Anas bin Malik berkata,
“Ada seorang Yahudi melewati Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengucapkan ‘as saamu ‘alaik’ (celaka
engkau).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas membalas ‘wa ‘alaik’
(engkau yang celaka). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
“Apakah kalian mengetahui bahwa Yahudi tadi mengucapkan ‘assaamu ‘alaik’
(celaka engkau)?” Para sahabat lantas berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana
jika kami membunuhnya saja?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jangan. Jika mereka mengucapkan salam pada kalian, maka ucapkanlah ‘wa
‘alaikum’.” (HR. Bukhari no. 6926)
E.
Nitip Salam
Boleh
menitipkan salam kepada seseorang untuk saudara kita. “Sebagaimana Nabi
mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya, beliau pun terkadang menitipkan
salam kepada orang yang ingin disalaminya melalui seseorang yang
menyampaikannya. Sebagaimana beliau menerima titipan salam dari Allah untuk
As-Shiddiqah Khadijah binti Khuwailid -radhiyallahu ‘anha- ketika Jibril
berkata kepadanya, “Ini Khadijah yang telah menyediakanmu makanan, sampaikanlah
baginya salam dari Rabbnya dan dariku, serta berilah kabar gembira baginya
dengan rumah di surga.
Dari Aisyah r.a berakata ; Rasulullah saw bersabda
kepadaku: “Ini Jibril menyampaikan kepadamu salam” kemudian Aisyah berkata, “Wa
‘alaihis salam warahmatullah wabarakatuh”(H.R Bukhari Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar