Rabu, 02 September 2015

MEMBANGUN UKHUWAH ISLAMIYAH

Tidak ada komentar:

Oleh Ustad: Abun Yani, S.PDi


Ukhuwah merupakan salah satu variabel penting dalam pembangunan kekokohan ‘’bangunan islam’’. Ukhuwah juga merupakan modal kekuatan umat, baik secara umum maupun khusus,, setelah tauhid kepada Allah SWT. (Abun Yani, S.Pdi)

Ummatan Wahidatan menempati posisi sangat penting dalam perjuangan umat. Bagaianapun dan apa pun arti sebuah kekuatan, tak akan mempunyai arti apa-apa tanpa adanya kesatuan, sebab kesatuan merupakan perwujudan dari sikap kebersamaan. Kebersamaan muncul dari sikap persaudaraan yang tinggi dari sesama dan persaudaraan lahir dari sikap iman yang dalam terhadap Allah Taala.


Kita bersyukur kepada Allah, yang telah mentakdirkan bahwa sebagian besar penghuni negara ini menganut agama islam, menjadi umat islam yang paling banyak dibandingkan dengan umat islam di negara manapun di dunia, ini merupaka rahmat dari Allah Taala. Yang kita harapkan , bukan hanya menjadi kebanggan semu dalam slogan-slogan, akan tetapi dapat dibuktikan. Betapa begitu kuatnya tali persaudaraan kita sebagai muslim.
Sebagaimana firman Allah Taala:
Artinya
‘’Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat’’ (Al-Hujarat: ayat 10)

Bahkan Rasulullah memberikan gambaran indah terhadap indahnya jalinan ukhuwah antara umat islam. Sebagaimana sabdanya:

‘’perumpamaan orang-orang mu’min dalam saling mengasihi, saling mencintai dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota sakit maka seluruh tubuh akan terbawa sakit, susah tidur dan merasa demam’’(HR Bukhori Muslim)

Islam adalah agama yang sempurna , islam adalah agama yang berisi petunjuk yang lengkap bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu petunjuknya adalah mengenai hubungan antar manusia , khususnya sesama muslim. Yaitu hubungan yang terikat oleh ukhuwah islamiyah. Ukhuwah atau persaudaraan yang bukan dalam arti sempit, yang bukan hanya terikat dalam hubungan darah dan kekerabatan, tetapi hubungan ukhuwah yang dimaksud adalah hubungan yang terikat oleh oersatuan aqidah islamiyah.

Dasar kesamaan aqidah merupakan satu kekuatan yang mampu menyatukan cita-cita, mampu menyatukan sikap dan tujuan. Mampu menciptakan persatauan dan kebersamaan yang lebih luas. Dengan kesamaan aqidah akan tercapailah puncak kemesraan ukhuwah, yang pada akhirnya akan melahirkan sikap Takaful (saling membantu), Ta’awun (saling menolong), Tasamuh (saling menghargai dan bertoleransi).

Bagaiman praktiknya dalam kehidupan nyata...?
Rasulullah mengajarkan praktiknya, sebagaimana yang terlihat dalam sabdanya:
‘’Seseorang itu menjadi saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak akan menganiaya saudaranya dan tidak akan menghina dan membiarkan saudaranya terjerumus kepada kehinaan. Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya dan barangsiapa yang membantu menghilangkan kesusahan saudaranya , Allah akan memberikan kelapangan pada hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi cacat atau aib sadaranya, Allah akan menutupi cacat atau aibnya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang berusaha menghilangkan kesulitan orang muslim dari kehidupan dunia, Allah akan menghilangkan dari dirinya segala kesulitan pada hari kiamat’’ (Muttafaqun alaih)

Alangkah indah dan mulianya sikap dan perilaku seperti itu. Alangkah bahagianya kalau kita dapat mewujudkan sabda Nabi dalam perilaku kita sehari-hari. Kehidupan seperti itu lah yang telah dibuktikan dan diamalkan  oleh Rasulullah beserta para sahabatnya.

Beberapa waktu yang lalu, kita telah melaksanakan pesta demokrasi dalam rangka memilih peimpin kita, baik pemimpin yang akan duduk didewan perwakilan rakyat, pusat maupun daerah, ataupun pemilihan presiden dan wakil presiden. Kegiatan ini, adalah kegiatan yang biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kegiatan rutinitas yang kia lakukan dalam setiap lima tahun sekali.

Tentunya kita sudah memilih sesuai dengan aspirasi hati nurani, akan tetapi yang harus kita ingat, apa dan siapapun pilihan kita janganlah sampai menghancurkan persaudaraan islam diantara kita. Berapa pun besarnya biaya, berapa pun besarnya tenaga yang telah kita keluarkan, tiadalah sebanding persaudaraan kita karena Allah. Tidak pantas rasanya, tidak sebanding rasanya, kita saling mencemooh, saling mengejek, saling gontok-gontokan, tidak lagi bertegur sapa, hanya untuk sebuah kepentingan duniawi dengan mengorbankan begitu besar kepentingan duniawi dan ukhrowi.

Saudaraku, yakinlah apapun yang terjadi dan akan terjadi tidak terlepas dari ketetapan Allah Taala. Dalam nasehatnya Al-Alim Wal Alamah Al-Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumudin, mengatakan bahwa:

Allah Taala adalah Zat Yang Maha Berkehendak atas semua yang ada, serta mengatur semua peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi. Semua yang terjadi berada dalam kekuasaan dan pengawasan Allah, sedikit atau banyak, kecil maupun besar, baik atau buruk, bermanfaat atau berbahaya, iman atau kafir, beruntung maupun merugi, bertambah atau berkurang, dan ketaatan maupun kedurhakaan.

Semuanya itu, tidak terlepas dari suratan takdir-Nya, kebijaksanaan dan kehendak-Nya. Segala bentuk pandangan dan pikiran yang terlintas pada makhluk, tidak ada yang keluar dari kehendak-Nya. Apapun yang dikehendaki oleh Allah, pasti terjadi. Dan apapun yang tidak dikehendaki-Nya, niscaya tidak akan pernah terjadi.

Sekalipun seluruh manusia, jin dan malaikat bersatu untuk menggerakan sebutir debu di alam ini, tanpa kehendak serta keinginan dari Allah, mereka pasti tidak akan kuasa melakukannya. Kehendak Allah berdiri sendiri dalam sifat-sifatnya, dan akan selalu seperti itu adanya.

Janganlah terpecah belah hanya karena pilihan kita berbeda, janganlah kita memutus silaturahmi hanya karena partai dan calon berbeda. Ingat lah ‘’Sesorang sudah cukup disebut jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Darah, harta dan kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lainnya. ‘’Dan ketahuilah, tidak disebuat beriman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.’’ (Al-hadist)

Kita lah mayoritas di negeri ini, kita adalah umat yang terbaik yang diciptakan oleh Allah. Janganlah mudah kita diombang-ambing, janganlah mudah kita dipermainkan oleh segelintir manusia-manusia jahat, janganlah kita menjadi umat yang digambarkan oleh Baginda Nabi, laksana buih di lautan, banyak tapi tidak bermanfaat, dihantam ombak ikut ombak, ombak surut buih ikut surut.

‘’Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu di masa jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kamu karena nikamat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.’’ (Ali Imran: 103)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top