Oleh Ustad: Abun Yani, S.PDi
Ukhuwah merupakan salah satu variabel penting dalam
pembangunan kekokohan ‘’bangunan islam’’. Ukhuwah juga merupakan modal kekuatan
umat, baik secara umum maupun khusus,, setelah tauhid kepada Allah SWT. (Abun
Yani, S.Pdi)

Kita bersyukur
kepada Allah, yang telah mentakdirkan bahwa sebagian besar penghuni negara ini
menganut agama islam, menjadi umat islam yang paling banyak dibandingkan dengan
umat islam di negara manapun di dunia, ini merupaka rahmat dari Allah Taala.
Yang kita harapkan , bukan hanya menjadi kebanggan semu dalam slogan-slogan,
akan tetapi dapat dibuktikan. Betapa begitu kuatnya tali persaudaraan kita
sebagai muslim.
Sebagaimana
firman Allah Taala:
Artinya
‘’Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat’’
(Al-Hujarat: ayat 10)
Bahkan
Rasulullah memberikan gambaran indah terhadap indahnya jalinan ukhuwah antara
umat islam. Sebagaimana sabdanya:
‘’perumpamaan
orang-orang mu’min dalam saling mengasihi, saling mencintai dan saling
menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota sakit maka seluruh
tubuh akan terbawa sakit, susah tidur dan merasa demam’’(HR Bukhori Muslim)
Islam adalah
agama yang sempurna , islam adalah agama yang berisi petunjuk yang lengkap bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu petunjuknya
adalah mengenai hubungan antar manusia , khususnya sesama muslim. Yaitu
hubungan yang terikat oleh ukhuwah islamiyah. Ukhuwah atau persaudaraan yang
bukan dalam arti sempit, yang bukan hanya terikat dalam hubungan darah dan
kekerabatan, tetapi hubungan ukhuwah yang dimaksud adalah hubungan yang terikat
oleh oersatuan aqidah islamiyah.
Dasar kesamaan aqidah merupakan satu kekuatan yang
mampu menyatukan cita-cita, mampu menyatukan sikap dan tujuan. Mampu
menciptakan persatauan dan kebersamaan yang lebih luas. Dengan kesamaan aqidah
akan tercapailah puncak kemesraan ukhuwah, yang pada akhirnya akan melahirkan
sikap Takaful (saling membantu), Ta’awun (saling menolong), Tasamuh (saling
menghargai dan bertoleransi).
Bagaiman
praktiknya dalam kehidupan nyata...?
Rasulullah
mengajarkan praktiknya, sebagaimana yang terlihat dalam sabdanya:
‘’Seseorang
itu menjadi saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak akan menganiaya saudaranya
dan tidak akan menghina dan membiarkan saudaranya terjerumus kepada kehinaan.
Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya dan barangsiapa yang membantu
menghilangkan kesusahan saudaranya , Allah akan memberikan kelapangan pada hari
kiamat. Barangsiapa yang menutupi cacat atau aib sadaranya, Allah akan menutupi
cacat atau aibnya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang berusaha menghilangkan
kesulitan orang muslim dari kehidupan dunia, Allah akan menghilangkan dari
dirinya segala kesulitan pada hari kiamat’’ (Muttafaqun alaih)
Alangkah indah
dan mulianya sikap dan perilaku seperti itu. Alangkah bahagianya kalau kita
dapat mewujudkan sabda Nabi dalam perilaku kita sehari-hari. Kehidupan seperti
itu lah yang telah dibuktikan dan diamalkan
oleh Rasulullah beserta para sahabatnya.
Beberapa waktu yang lalu, kita telah melaksanakan
pesta demokrasi dalam rangka memilih peimpin kita, baik pemimpin yang akan
duduk didewan perwakilan rakyat, pusat maupun daerah, ataupun pemilihan
presiden dan wakil presiden. Kegiatan ini, adalah kegiatan yang biasa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, kegiatan rutinitas yang kia lakukan dalam
setiap lima tahun sekali.
Tentunya kita
sudah memilih sesuai dengan aspirasi hati nurani, akan tetapi yang harus kita
ingat, apa dan siapapun pilihan kita janganlah sampai menghancurkan
persaudaraan islam diantara kita. Berapa pun besarnya biaya, berapa pun
besarnya tenaga yang telah kita keluarkan, tiadalah sebanding persaudaraan kita
karena Allah. Tidak pantas rasanya, tidak sebanding rasanya, kita saling
mencemooh, saling mengejek, saling gontok-gontokan, tidak lagi bertegur sapa,
hanya untuk sebuah kepentingan duniawi dengan mengorbankan begitu besar
kepentingan duniawi dan ukhrowi.
Saudaraku,
yakinlah apapun yang terjadi dan akan terjadi tidak terlepas dari ketetapan
Allah Taala. Dalam nasehatnya Al-Alim Wal Alamah Al-Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ihya Ulumudin, mengatakan bahwa:
Allah Taala
adalah Zat Yang Maha Berkehendak atas semua yang ada, serta mengatur semua
peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi. Semua yang terjadi berada dalam
kekuasaan dan pengawasan Allah, sedikit atau banyak, kecil maupun besar, baik
atau buruk, bermanfaat atau berbahaya, iman atau kafir, beruntung maupun
merugi, bertambah atau berkurang, dan ketaatan maupun kedurhakaan.
Semuanya itu,
tidak terlepas dari suratan takdir-Nya, kebijaksanaan dan kehendak-Nya. Segala
bentuk pandangan dan pikiran yang terlintas pada makhluk, tidak ada yang keluar
dari kehendak-Nya. Apapun yang dikehendaki oleh Allah, pasti terjadi. Dan
apapun yang tidak dikehendaki-Nya, niscaya tidak akan pernah terjadi.
Sekalipun
seluruh manusia, jin dan malaikat bersatu untuk menggerakan sebutir debu di
alam ini, tanpa kehendak serta keinginan dari Allah, mereka pasti tidak akan
kuasa melakukannya. Kehendak Allah berdiri sendiri dalam sifat-sifatnya, dan
akan selalu seperti itu adanya.
Janganlah
terpecah belah hanya karena pilihan kita berbeda, janganlah kita memutus
silaturahmi hanya karena partai dan calon berbeda. Ingat lah ‘’Sesorang sudah
cukup disebut jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Darah, harta
dan kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lainnya. ‘’Dan
ketahuilah, tidak disebuat beriman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.’’ (Al-hadist)
Kita lah
mayoritas di negeri ini, kita adalah umat yang terbaik yang diciptakan oleh
Allah. Janganlah mudah kita diombang-ambing, janganlah mudah kita dipermainkan
oleh segelintir manusia-manusia jahat, janganlah kita menjadi umat yang
digambarkan oleh Baginda Nabi, laksana buih di lautan, banyak tapi tidak
bermanfaat, dihantam ombak ikut ombak, ombak surut buih ikut surut.
‘’Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu di masa
jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kamu
karena nikamat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.’’ (Ali
Imran: 103)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar