Oleh : Ustad Umar Shidiq
‘’Dan
sesungguhnya al-quran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia di
bawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi slah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa arab yang jelas’’
(QS Asy Syu’araa
: 195)

Al-Qur’an adalah
kalam (firman) Allah Taala, baik
huruf maupun maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah al-quran berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Allah SWT berfirman, artinya
huruf maupun maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah al-quran berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Allah SWT berfirman, artinya
‘’dan sesungguhnya
al-quran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia di bawa turun
oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi slah
seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang
jelas’’ (QS Asy Syu’araa : 195)
Al-Qur’an
merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia,bahkan untuk bangsa jin,
untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa QS. Al
Jin : 2)
Al-Qur’an
diturunkan pada manusia dengan memilik fungsi yang amat banyak, diantara fungsi
di turunkannya Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an sebagai Petunjuk (Huda)
Allah Taala berfirman
Artinya :
‘’Alif lam mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa’’(QS. Al Baqoroh : 1-2)
Dan dipertengahan surat Al-Baqoroh Allah juga
berfirman
Artinya :
‘’(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan yang batil’’ (QS. Al Baqoroh : 185)
Diawal surat Al-Baqoroh tersebut Allah Ta’ala menyebut
Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa sedangkan dipertengahannya
disebutkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang
bertaqwa maupun yang tidak bertaqwa.
Adapun petunjuk bagi orang yang bertaqwa, mempunyai
arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil faidah dari al-quran
itu, serta merka mampu menjadikan cahaya al-quran sebagai penerang bagi mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-quran memberi penjelasan bagi
mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus
tersebut bagi diri mereka.
Jadi al-quran merupakan petunjuk dilalah dan irsyad
(penjelasan & bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufik bagi
orang yang bertaqwa, khususnya mereka yang me
menuhi panggilan al-quran.
Jadi hidayah itu ada dua macam, yaitu hidayah taufik
wa’amal (respon & aksi), ini khusus bagi orang yang beriman. Dan hidayah
dilalah wa irsyad (bimbingan & penjelasan) yang bersifat informatif untuk
seluruh umat manusia.
Allah Ta’ala juga berfirman menyifati al-quran :
Artinya :
‘’sesungguhnya al-quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, kami sedikan
bagi mereka azab yang pedih’’ (QS Al Isra : 9-10)
Allah Ta’ala menyebutkan al-quran sebagai petunjuk
yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada
jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Jika
kita menghendaki untuk sampai kepada Allah
Azza wa Jalla dan surga-Nya maka kita harus beramal dengan al-quranul
karim.
2. Al-Qur’an sebagai Ruh
Di dalam ayat
yang lain Allah menyebut al-quran dengan ruh, dan slah satu makna ruh disini
adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaiman halnya
tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidp dan jika ruh keluar dari
badan maka dia akan mati.
Allah Ta’ala berfirman :
Artinya :
‘’dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh
(wahyu/al-quran) dengan perintah kami. Sebelimnya kamu tidaklah mengetahui apakah
al-kitab(al-quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan al-quran itu cahaya , yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami
kehendaki diantara hamba-hamba Kami.dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus’’ (QS Asy Syura : 52)
Al-qur’an adalah
ruh bagi hati , dan ruh hati lebih khusus dari pada ruh badan. Allah menamainya
dengan ruh karena dengan al-qur’an itu hati menjadi hidup. Maka apabila
al-qur’an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya. Dia
akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut
kepada-Nya, bertaqwa, mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini
karena al-quran merupakan ruh yang menggerakkan hati sebagaimana ruh (nyawa) yang
menggerakan badan. Jika nyawa masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakan
badan itu serta menjadikannya hidup. Demikian pula al-qur’an, jika masuk ke
dalam hati maka akan menghidupkan serta menggerkan hati untuk takut kepada
Allah serta mencintai-Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-qur’an maka
akan mati, sebagaimana badan yang tidak punya ruh.
Maka disini ada
dua kehidupandan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan matinya
hati, sedangkan dua kehidupan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati.
Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang taqwa dan orang fasik,
bahkan seluruh manusia dan hewan tidak adanya bedanya. Yang membedakan adalah
hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan
muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan
hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup.
3. Al-Qur’an sebagai Cahaya
Allah menamai
al-qur’an dengan nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangi jalan yang
terbentang dihadapan manusia sehingga tampak segala yang ada dihadapannya.
Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan
yang selamat sehingga ia menempuh jalan itu. Orang yang tidak mempunyai cahaya
maka dia berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat lobang serta duri, tidak
mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk melihatnya.
Kita semua tahu
adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari, lampu, lentera,
serta cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya ini lah kita tahu bagaimana
sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu dengan cahaya
itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai. Akan tetapi cahaya al-qur’an
adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada kita apa yang bermanfaat bagi
kita dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada kita yang hak dan yang
batil, menunjukan jalan menuju syurga sehingga kita menempuhnya berdasarkan
cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Al-qur’an adala
nur maknawi yang dengannya kita dapat membedakan jalan yang terang dari jalan
yang gelap, membedakan jalan syurga dari jalan neraka. Dengannya kita akan tahu
mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan
keburukan. Maka al-qur’an adalah cahaya smesta alam untuk menuju jalan
kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.
4. Al-Quran sebagai Pembeda
Allah
Ta’ala juga menyifati al-qur’an sebagai Furqaan (pembeda) sebagaimana
firman-Nya :
Artinya :
‘’Maha suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-qur’an) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam’’ (QS. Al Furqaan : 1)
Maksudnya
al-qur’an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus
dengan yang sesat, yang bermanfaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita kita
semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia
memperlihatkan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat,
maka dia adalah furqaan dalam arti membedakan antara yang baik dengan yang
batil.
5. Al-Qur’an sebagai Penawar
Allah
Subhanna wa Ta’ala juga menyebut al-quran ini sebagai syifa (obat penawar)’
Allah berfirman
:
Artinya :
‘’Hai
manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh
dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman’’ (QS. Yunus : 57)
Dia
merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan
penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi
penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena
ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya. Dengan izin Allah Ta’ala orang
yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang
mukmin yang yakin kepada_Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara
orang yang membacakannya dengan yang dibacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi si
sakit.
Al-Quran
juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak),
syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih
berbahaya dari pada penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabisannya
adalah mati, sedangkan mati itu pasti terjadi dan tak mungkin dapat ditolak.
Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan matinya hati
rusak secara total, sehingga si empunya hati menjadi seorang kafir, condong
kepada keburukan, fasik dan tidak ada obat baginya selain dari pada al-qur’an
yang telah diturunkan oleh Allah sebagi obat.
Allah Subhanna
wa Ta’ala berfirman :

Artinya :
‘’Dan kami
turunkan dari al-qur’ansuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan al-qur’an itu tidak lah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian’’ (QS. Al Isra : 82)
Allah
Ta’ala menjadikan al-quran sebagai obat bagi orang-orang mukmin dan
mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu
mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dari al-qur’an itu sehingga hilang
dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.
Sedang
orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka
tidak dapat mengambil faedah dari al-qur’an selagi mereka masih terus menerus
berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau
berhenti dari semua itu dan bertobat
kepada Allah Subhanna wa Ta’ala.
Semoga
Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-qur’an yang senantiasa
membaca, memahami dan mengamalkan isinya. Aamiin ya Rabbal’alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar