Rabu, 02 September 2015

FUNGSI DITURUNKANNYA AL-QURAN

Tidak ada komentar:
Oleh : Ustad Umar Shidiq

‘’Dan sesungguhnya al-quran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia di bawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi slah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas’’
(QS Asy Syu’araa : 195)

Sesungguhnya merupakan nikmat Allah yang terbesar adalah diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan diturunkannya Al-Qur’an  kepadanya untuk memberi petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat, atas dasar inilah Allah memuliakan umat ini.

Al-Qur’an adalah kalam (firman) Allah Taala, baik
huruf maupun maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah al-quran berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Allah SWT berfirman, artinya
‘’dan sesungguhnya al-quran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia di bawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi slah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas’’ (QS Asy Syu’araa : 195)

Al-Qur’an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia,bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa QS. Al Jin : 2)

Al-Qur’an diturunkan pada manusia dengan memilik fungsi yang amat banyak, diantara fungsi di turunkannya Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Al-Qur’an sebagai Petunjuk (Huda)

Allah Taala berfirman
Artinya :
‘’Alif lam mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa’’(QS. Al Baqoroh : 1-2)

Dan dipertengahan surat Al-Baqoroh Allah juga berfirman

Artinya :
‘’(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil’’ (QS. Al Baqoroh : 185)

Diawal surat Al-Baqoroh tersebut Allah Ta’ala menyebut Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa sedangkan dipertengahannya disebutkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang bertaqwa maupun yang tidak bertaqwa.
Adapun petunjuk bagi orang yang bertaqwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil faidah dari al-quran itu, serta merka mampu menjadikan cahaya al-quran sebagai penerang bagi mereka. Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-quran memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.

Jadi al-quran merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan & bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufik bagi orang yang bertaqwa, khususnya mereka yang me
menuhi panggilan al-quran.
Jadi hidayah itu ada dua macam, yaitu hidayah taufik wa’amal (respon & aksi), ini khusus bagi orang yang beriman. Dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan & penjelasan) yang bersifat informatif untuk seluruh umat manusia.

Allah Ta’ala juga berfirman menyifati al-quran :

  Artinya :
‘’sesungguhnya al-quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, kami sedikan bagi mereka azab yang pedih’’ (QS Al Isra : 9-10)

Allah Ta’ala menyebutkan al-quran sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu  kepada jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Jika kita menghendaki untuk sampai kepada Allah  Azza wa Jalla dan surga-Nya maka kita harus beramal dengan al-quranul karim.


2. Al-Qur’an sebagai Ruh

Di dalam ayat yang lain Allah menyebut al-quran dengan ruh, dan slah satu makna ruh disini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaiman halnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidp dan jika ruh keluar dari badan maka dia akan mati.

Allah Ta’ala berfirman :

Artinya :
‘’dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-quran) dengan perintah kami. Sebelimnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab(al-quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-quran itu cahaya , yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami.dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus’’ (QS Asy Syura : 52)

Al-qur’an adalah ruh bagi hati , dan ruh hati lebih khusus dari pada ruh badan. Allah menamainya dengan ruh karena dengan al-qur’an itu hati menjadi hidup. Maka apabila al-qur’an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya. Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut kepada-Nya, bertaqwa, mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini karena al-quran merupakan ruh yang menggerakkan hati sebagaimana ruh (nyawa) yang menggerakan badan. Jika nyawa masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakan badan itu serta menjadikannya hidup. Demikian pula al-qur’an, jika masuk ke dalam hati maka akan menghidupkan serta menggerkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-qur’an maka akan mati, sebagaimana badan yang tidak punya ruh.

Maka disini ada dua kehidupandan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan matinya hati, sedangkan dua kehidupan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati. Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang taqwa dan orang fasik, bahkan seluruh manusia dan hewan tidak adanya bedanya. Yang membedakan adalah hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup.

3. Al-Qur’an sebagai Cahaya

Allah menamai al-qur’an dengan nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangi jalan yang terbentang dihadapan manusia sehingga tampak segala yang ada dihadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga ia menempuh jalan itu. Orang yang tidak mempunyai cahaya maka dia berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat lobang serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk melihatnya.

Kita semua tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari, lampu, lentera, serta cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya ini lah kita tahu bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai. Akan tetapi cahaya al-qur’an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada kita apa yang bermanfaat bagi kita dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada kita yang hak dan yang batil, menunjukan jalan menuju syurga sehingga kita menempuhnya berdasarkan cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta’ala.

Al-qur’an adala nur maknawi yang dengannya kita dapat membedakan jalan yang terang dari jalan yang gelap, membedakan jalan syurga dari jalan neraka. Dengannya kita akan tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan keburukan. Maka al-qur’an adalah cahaya smesta alam untuk menuju jalan kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.

4. Al-Quran sebagai Pembeda

Allah Ta’ala juga menyifati al-qur’an sebagai Furqaan (pembeda) sebagaimana firman-Nya :
  Artinya :
‘’Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam’’ (QS. Al Furqaan : 1)

Maksudnya al-qur’an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia memperlihatkan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia adalah furqaan dalam arti membedakan antara yang baik dengan yang batil.

5. Al-Qur’an sebagai Penawar

Allah Subhanna wa Ta’ala juga menyebut al-quran ini sebagai syifa (obat penawar)’
Allah berfirman :
  Artinya :
‘’Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman’’ (QS. Yunus : 57)

Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya. Dengan izin Allah Ta’ala orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada_Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang dibacakan untuknya  maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi si sakit.

Al-Quran juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak), syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih berbahaya dari pada penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabisannya adalah mati, sedangkan mati itu pasti terjadi dan tak mungkin dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan matinya hati rusak secara total, sehingga si empunya hati menjadi seorang kafir, condong kepada keburukan, fasik dan tidak ada obat baginya selain dari pada al-qur’an yang telah diturunkan oleh Allah sebagi obat.

Allah Subhanna wa Ta’ala berfirman :
  Artinya :
‘’Dan kami turunkan dari al-qur’ansuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-qur’an itu tidak lah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian’’ (QS. Al Isra : 82)

Allah Ta’ala menjadikan al-quran sebagai obat bagi orang-orang mukmin dan mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dari al-qur’an itu sehingga hilang dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.

Sedang orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka tidak dapat mengambil faedah dari al-qur’an selagi mereka masih terus menerus berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau berhenti dari semua itu  dan bertobat kepada Allah Subhanna wa Ta’ala.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-qur’an yang senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isinya. Aamiin ya Rabbal’alamin










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top